Duduklah dengan orang bijak, sebab akal bertemu dengan akal. Pertalian yang paling berharga adalah akal yang berpasangan dengan kemujuran. Jika ALLOH hendak menghilangkan nikmat dari seorang hamba NYA maka yang pertama kali diubah dari hamba NYA adalah akalnya.
Akal adalah naluri sedangkan yang mengasuhnya adalah berbagai pengalaman. Akal adalah buah pikiran dan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. Ruh adalah kehidupan jasmani, sedangkan akal adalah kehidupan ruh. Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam adalah juru terjemah dari akalmu. Orang berakal jika berbicara dengan suatu kalimat maka ikut bersamanya hikmah dan nasehat.
Orang yang paling bijak dan yang paling sempurna keutamaannya adalah orang yang mengisi hari-harinya dengan perdamaian dan memandang masa dengan kebaikan. Orang yang berakal harus berada pada salah satu kondisi yaitu berada dalam cita-cita yang paling tinggi untuk mencari dunia atau berada dalam cita-cita yang paling tinggi untuk meninggalkannya.
Tidaklah layak bagi seorang yang berakal untuk menuntut ketaatan orang lain terhadap dirinya, sementara ketaatan pada dirinya sendiri ditolaknya. Orang yang berakal adalah orang yang mencurigai pendapatnya sendiri dan tidak mempercayai apa yang dipandang baik oleh dirinya, jika benar perkataanya maka ia adalah obat dan bila perkataannya salah ia adalah penyakit.
Permusuhan orang-orang pintar adalah permusuhan yang paling berat dan paling berbahaya, karena didahului dengan hujja dan peringatan, setelah itu tidak ada lagi perdamaian bagi keduannya.
Celaan orang berakal lebih berat daripada hukuman seorang penguasa. Permulaan pendapat orang berakal adalah akhir pendapat orang bodoh. Bagi orang berakal, hidup dalam kesulitan bersama orang-orang berakal lebih disukai daripada hidup dalam kelapangan dengan orang-orang bodoh [Ali bin Abi Thalib radiyallohu ‘anhu].
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin ALLOH dan ALLOH menimpahkan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya [QS. 10: 100].
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedangkan ALLOH menjanjikan untukmu ampunan daripada NYA dan karunia. Dan ALLOH Maha Luas (karunia NYA) lagi Maha Mengetahui [QS. 2: 268].
Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada ALLOH hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan [QS. 5: 100]. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku [QS. 2: 43].
Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari TUHAN mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung [QS. 2: 4-5].
Terangkanlah kepadaku jika ALLOH mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah TUHAN selain ALLOH yang kuasa mengembalikannya kepadamu [QS. 6: 46].
Sungguh ALLOH telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika ALLOH mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat ALLOH, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah [QS. 3: 164].
Mereka itu adalah orang-orang yang ALLOH mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka [QS. 4: 63].
Dan diantara manusia ada yang orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan ALLOH dan ALLOH Maha Penyantun kepada hamba-hamba NYA [QS. 2: 207].
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada ALLOH, sedang diapun mengerjakan kebaikan [QS. 4: 125].
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu (kewajibanmu) sendiri [QS. 2: 44].
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang di iringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) [QS. 2: 263].
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun” [QS. 2: 155-156].
Sebagian besar ahli kitab (yahudi dan nasrani) menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran [QS. 2: 109].
Janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim [QS. 49: 11].
Dan tidaklah taubah itu diterima ALLOH dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan, “sesungguhnya saya bertaubat sekarang” dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka didalam kekafiran [QS. 4: 18].
Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong [QS. 2: 48].
Aisyah rodiyallohu ‘anhuma berkata, “wahai Rosululloh dengan apakah manusia mendapat keutamaan di dunia?” Beliau bersabda, “dengan akal” Aisyah bertanya, “dan di akhirat?” Beliau bersabda, “dengan akal,” Aisyah bertanya, “tidakkah mereka dibalas dengan amal mereka?” beliau bersabda, “hai Aisyah, apakah mereka beramal kecuali dengan kadar akal yang diberikan ALLOH azza wa jalla kepada mereka, maka dengan kadar akal yang diberikan kepada mereka amal mereka itu ada, dan dengan kadar apa yang mereka amalkan, mereka dibalas.” [HR. Tirmidzi].
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling pandai?”, lalu Beliau bersabda, “orang yang berakal”, mereka bertanya, “bukankah orang yang berakal itu orang yang sempurna kepribadiannya, jelas kefasihannya, murah telapak tangannya (dermawan) dan besar kedudukannya?” Beliau bersabda, “jika seluruhnya demikian, niscaya kesenangan dunia dan akhirat itu tidak bagi orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya orang yang berakal adalah orang yang bertakwa, meskipun ia di dunia hina dan rendah.” [HR. Ibnul Mahbar].
Bagi tiap-tiap sesuatu ada tiangnya, sedangkan tiap orang yang beriman itu adalah akalnya. Maka menurut kadar akalnya ibadahnya itu ada. Tidakkah kamu mendengar perkataan orang-orang yang zalim didalam neraka, “seandainya kami mendengar atau kami berpikir niscaya kami tidak menjadi penghuni Sa’ir (neraka) [HR. Ibnul Mahbar].
Janganlah kalian menjadi orang bodoh yang mengatakan, jika manusia berbuat baik padaku maka akupun berbuat baik padanya, jika mereka berbuat zalim maka kamipun akan zalim kepada mereka. Akan tetapi pandaikanlah diri kalian, dimana jika manusia berbuat baik maka berbuat baiklah pada mereka dan jika mereka berbuat zalim maka janganlah kamu berbuat zalim kepada mereka [HR. Tirmidzi].
Barangsiapa yang bertambah ilmunya, namun tidak bertambah petunjuknya, maka ia tidak bertambah kepada ALLOH kecuali jauhnya [HR. Ad Dailami].
Aku diberikan enam kelebihan dibandingkan Nabi-nabi yang lain. Aku diberi kata-kata yang ringkas tetapi mengandung arti yang banyak yaitu Al Qur’an dan Hadits, Aku diberi pertolongan dengan cara dapat menakutkan musuh, dihalalkan bagiku harta rampasan perang dan dijadikan kepadaku bumi yang suci sebagai tempat sujud. Aku juga diutus kepada seluruh makhluk dan aku adalah sebagai penutup bagi seluruh para Nabi yaitu Nabi yang terakhir diuturs [HR. Bukhari dan Muslim].
Hamba yang paling dicintai oleh NYA adalah hamba yang paling banyak nasehatnya terhadap hamba-hamba ALLOH lainnya [HR. Al Khatib].
Nabi Sulaiman ‘alaihissalam disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu, maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda [HR. Ad Dailami].
Perbanyaklah berbuat baik agar orang-orang mendoakan kebaikan untukmu, karena sesungguhnya seorang hamba itu tidak mengetahui melalui lisan siapakah doanya dikabulkan atau ia diberi rahmat [HR. Al Khatib].
Banyak orang jahil yang rajin beribadah dan banyak pula orang alim yang durhaka, karena itu hati-hatilah kalian terhadap orang-orang jahil yang ahli ibadah dan orang-orang durhaka yang menjadi ulama [HR. Ad Dailami].
Tahanlah lisanmu dan tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka karena muka meraka atau hidung mereka, tetapi karena ucapan mereka [HR. Abu Hurairah].
Takutlah kalian pada firasat orang yang benar-benar beriman, karena sesungguhnya dia melihat dengan cahaya ALLOH [HR. Tirmidzi].
Pembelaan orang mu’min kepada TUHAN nya terhadap saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke Neraka, lebih seru daripada pembelaan salah seorang dari kalian terhadap kebenaran di dunia ini dan mereka berkata, “Wahai TUHAN kami, saudara kami yang dahulu shalat bersama-sama kami, berpuasa bersama-sama kami, pergi haji bersama-sama kami, sekarang ENGKAU masukkan ke Neraka”, maka ALLOH subhana wa ta’ala berfirman, “pergilah kalian dan keluarkanlah siapa diantara mereka yang kalian kenal.” [HR. An Nasa’i].
Orang yang teguh hatinya dan menjalani kehidupan ini dengan kepastian tanpa kesembronoan, ia akan selalu mengambil sikap melihat dan menimbang supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan keinginannya maka ia memuji ALLOH dan berterima kasih kepada NYA. Dan jika yang terjadi tidak seperti yang diharapkan maka ia akan mengatakan, “ALLOH telah mentakdirkan demikian, dan apa yang ALLOH kehendaki akan DIA lakukan,” dengan hati yang lapang dan tanpa kesedihan.
Orang yang berakal mengetahui bahwa kehidupan di dunia berhubungan erat dengan kehidupan akhirat nanti, yang merupakan kehidupan yang satu. Yang ghaib, yang tampak, dunia dan akhirat, kini dan esok sebenarnya satu. Ada yang mencari keabadian di dunia dengan menumpuk harta sebanyak-banyaknya, dan melekatkan kehidupan dunia kepada hatinya. Tiba-tiba ia mati, semua obsesi, angan-angan, dan cita-citanya hanya menumpuk dalam dosa. “tidak ada cara yang bisa dilakukan oleh manusia sebagai tempat pelarian untuk bersembunyi dari pikiran”, salah satu cara untuk menajamkan pikiran dan mengontrolnya adalah melakukan pekerjaan yang menyenangkan dan bermanfaat. Karena orang-orang yang membiarkan akalnya tidak bekerja, maka pikirannya hanya akan di isi oleh khayalan, angan-angan kosong, dan perilaku buruk lainnya. “kita selalu memikirkan apa yang tidak kita miliki, dan tidak bersyukur kepada ALLOH atas apa yang sudah kita miliki. Kita selalu melihat sisi gelap dan yang mengerikan dalam kehidupan kita. Kita selalu bersedih atas kekurangan yang kita miliki dan tidak pernah bahagia dengan apa yang ada pada diri kita” [Aidh Al Qarni].
ALLOH menerangi alam ini dengan cahaya makhluk NYA. Cahaya akal akan memperlihatkan kepadamu kedekatanmu dengan ALLOH. Cahaya ilmu akan memperlihatkan kepadamu akan ketiadaan dirimu dihadapan ALLOH. Cahaya ALLOH dapat memperlihatkan kepadamu wujud ALLOH, karena ALLOH menerangi hati makhluk NYA dengan cahaya sifat-sifat NYA [Pustaka Muslim Indonesia].
Segala sesuatu yang gagal dalam perencanaan dan kemudian dipaksakan, maka sama dengan merencanakan kegagalan. Jerih payah atau kesibukkan tanpa perencanaan yang matang dan tanpa evaluasi yang maksimal hanya mendatangkan kekecewaan, kerugian waktu, tenaga, biaya dan juga perasaan. Apapun yang kita lihat dari seisi alam ini adalah pelajaran dari ALLOH, agar kita meraih hikmah-hikmah tentang kehidupan. Bagi orang yang berakal mereka akan semakin kaya dengan ilmu, kaya wawasan dan kaya oleh kematangan pribadi sehingga berkurang pula perbuatan-perbuatan yang akan berakhir dengan kekecewaan [Pustaka Muslim Indonesia].
Sehari-hari manusia bergulat dengan kehidupan, tetapi hanya sedikit manusia yang mampu memaknai kehidupan itu sendiri karena mereka tidak sanggup melihat tanda-tanda kekuasan ALLOH di bumi ini, kemudian mereka menjadi sombong di hadapan NYA. Karena miskinnya manusia dari makna kehidupan maka miskin pula bekal manusia dikehidupan yang kekal (Akhirat). Patuhilah ALLOH dan Rasul NYA, karena Al Qur’an adalah cahaya dalam kegelapan, peringatan yang bijak, dan jalan yang lurus. As Sunnah adalah petunjuk yang terbaik [Pustaka Muslim Indonesia].
Tidak ada kekayaan yang melebihi akal, dan tidak ada kemelaratan yang melebihi kebodohan. Tidak ada benteng yang melebihi musyawarah. Orang yang sempurna akalnya adalah orang yang sedikit bicaranya. Lidah orang yang berakal berada di dalam hatinya, sementara lidah orang bodoh ada didepan hatinya. Apa yang disembunyikan orang dalam hatinya akan tampak pada lidah dan wajahnya dan janganlah malu mengatakan, “saya belum tahu” apabila sesuatu yang ditanyakan belum dalam pengetahuan, karena manusia selalu menentang apa yang tidak diketahuinya [Pustaka Muslim Indonesia].
Sumber : Pustaka Muslim Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar